KOMPAS.com-Dalam acara test drive New Karimun Estilo, pada 12-13 Oktober lalu, wartawan ditantang oleh Suzuki untuk mengemudi irit. “Kita mengadakan lomba irit mengemudi New Karimun Estilo dari Bandung ke Jakarta. Hadiahnya sepeda motor,” jelas Endro Nugroho. Saratnya, satu mobil berisi tiga orang. Jadi harus bikin kelompok.
Tanpa AC
KOMPAS.com bermitra dengan rekan dari Gatra Car dan Jakarta Shimbun dan bertugas sebagai pengemudi. Karena lomba dan pasti ingin menang, kepada kedua rekan tersebut dijelaskan bahwa mereka harus kehilangan kenyamanan selama lomba berlangsung dan juga berlajar. “AC harus dimatikan dan kita tidak boleh tancap gas!” Kedua rekan setuju.
Pada 13 Oktober pagi, di hotel Holiday Inn, Jalan Dago, panitia dari Suzuki sudah mempersiapkan lomba. Seluruh mobil yang akan diikutkan lomba tangki bensinnya diisi penuh.
Jam 9.30 WIB, secara konvoi menuju gerbang tol Pasteur di Bandung. Setelah itu, baru berpencar menuju Jakarta lewat jalan tol Bandung-Cikampek-Jakarta. New Karimun Estilo yang dikemudikan KOMPAS.com tidak langsung dikebut ke posisi depan atau tengah. Pada tahan awal, dipelajari kondisi laju paling efisien namun juga tidak boleh lambat.
Kecepatan Konstan
Akhirnya, mobil dipatok harus melaju konstan pada kecepatan 60 km/jam, gigi 5 dan putaran 2.000 rpm. Tenaga mesin pada putaran dan gigi tersebut mantap. Cukup responsif bila sekali waktu harus digenjot mendahului kendaraan lain.
Cara lain untuk menghemat energi atau bahan bakar, diusaha tidak menggunakan rem ketika mobil diturunkan kecepatannya atau diperlambat. Rem hanya digunakan bila berhenti. Kendati demikian, jarak dengan mobil di depan dijaga seaman mungkin.
Perpindahan gigi ke posisi lebih tinggi dilakukan secepatnya. Tujuannya, agar diperoleh putaran rendah namun mobil tetap mantap dikebut. Misalnya, begitu start dari gerbang tol, dari gigi satu langsung kedua, tiga dan empat dan lima. Perpindahan dilakukan bersamaan dengan menaikkan putaran mesin secara bertahap.
Putaran maksimal dipatok 2.000 rpm, pada gigi 5 dan kecepatan 60 km/jam. Kenyataannya, kadang-kadang mobil melaju sampai pada 80 km/jamdan putaran mesin 2.500 km. Malah beberapa kali, kecepatan mendekati 100 km/jam dan putaran mesin mencapai 3.000 rpm. Ini dilakukan ketika mendahului kendaraan lain.
Di Turunan
Cukup menarik, saat berada di turunan, pada gigi 5, putaran mesin yang semula 2.000 rpm , dengan sendirinya naik sampai 2.500 rpm. Kecepatan pun menjadi 80 km/jam. Diputuskan untuk membebaskan pedal gas.
Pada turun panjang, kondisi tersebut berlangsung lebih lama. Bahkan, setelah titik turun terendah, putaran mesin dan laju mobil tetap tinggi, yaitu 2.500 rpm, kecepatan 80 km/jam di tanjakan awal. Pedal gas pun dibiarkan bebas. Pedal baru ditekan dan ditahan begitu putaran kembali ke 2.000 rpm.
Malah, saat menghadapi kemacetan, misalnya menjelang putaran tol Cilandak atau di depan Cilandak Town Square (Citos), KOMPAS.com tetap menggunakan gigi 3 dengan putaran 2.000 rpm.
Motor Kalah?
Akhirnya, setelah sampai di finis, panitia menghitung bensin yang dihabiskan. Hasilnya, Estilo yang dikemudikan KOMPAS.com menghabiskan 1,14 liter. Jarak tempuh 152 km. Hitungan panitia, konsumsi rata-rata, 131,1 km/liter(dihitung ulang: 133). Ternyata, itulah mobil paling irit. Saingannya, menghabiskan bensin 1,4 dan 1,8 liter.
Reaksi pertama dari hasil ini, peserta lain langsung menanyakan cara mengemudi KOMPAS.com. Bahkan ada yang berujar, tidak masuk akal. “Motor saja kalah,” komentar mereka.
Endro Nugroho yang mengetahui hasil tersebut sangat kaget. Ia semula mengharapkan 30 km/liter atau paling top 50km/liter. Ternyata di luar dugaan!
“Saya tidak mau mengklaim konsumsi Karimun Estilo seperti ini. Siapa yang berani menulis,“ tukasnya. Wartawan lain juga susah untuk menjelaskan konsumsi seperti tersebut, termasuk yang mendampingi KOMPAS.com.
Kesimpulan
Hasil dari lomba irit ini bukan konsumsi bahan bakar sesungguhnya dari New Karimun Estilo bila digunakan pada kondisi sehari-hari atau normal. Namun yang pasti, mobil inni punya potensi dijadikan sebagai mobil yang sangat irit.
Rute Bandung-Jakarta, sampai Cikampek banyak turunan. KOMPAS.com hanya berusaha memanfaatkan efek gravitasi (turun sendiri) tanpa mematikan mesin? Di samping itu, juga memanfaatkan inersia setelah sampai di titik turunan terendah dan menanjak lagi. Mobil tetap menanjak tanpa pedal gas tidak diinjak (kondisinya sama dengan stasioner).
Tak kalah penting menghindari atau memperkecil pengoperasian rem selama mobil melaju. Kalau pun harus menggunakannya, ya... sebentar. Demikian, tidak banyak energi yang terbuang.
Konsumsi bahan bakar, ditentukan oleh beberapa faktor. Yaitu cara mengemudi, situasi dan kondisi jalan yang dilalui, cuaca siang atau malam (malah harus menghidupkan lampu) dan faktor mobil (bobot, aerodinamika, kinerja mesin dan transmisi ). Faktor terakhir ini dipenuhi oleh New Karimun Estilo.
Buktinya, perbedaan antara satu peserta lain juga tidak terlalu banyak. Paling boros menghabiskan 3,8 liter atau 40 km/liter (katanya sih pakai AC) dan paling irit (tidak pakai AC) 1,14 liter (133 km/liter). Malah sebagian besar peserta hanya menghabiskan sekitar 2 liter bensin atau konsumsi bahan bakarnya 70 km/liter.
Faktor lain yang cukup membantu, lalu lintas tol Bandung-Cikampek-Jakarta saat itu lancar, cuaca cerah dan berlangsung di siang hari.
Sumber : Kompas Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar