Kamis, 24 September 2009

Mari Saling Memaafkan Jika Ingin Terhindar dari Penyakit Kronis

Manusia tidak ada yang sempurna, karenanya setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Masih dalam suasana Lebaran, tidak ada salahnya kita saling memaafkan. Selain karena diajarkan agama, ternyata memaafkan juga baik untuk kesehatan.

Penelitian yang dilakukan para pakar psikologi Universitas Tennesse, menunjukan bahwa sikap memaafkan dapat membantu menurunkan tekanan darah dan ketegangan serta mengurangi stres.

Hasil penelitian yang disampaikan pada pertemuan Society of Behavioral Medicine ini menyebutkan bahwa memendam kemarahan dan sulit memaafkan akan mengganggu fungsi kekebalan tubuh. Orang yang tidak bisa memaafkan, cenderung memiliki aktivitas otak yang sama dengan aktivitas otak orang yang stres, marah dan agresif. Sehingga mereka mudah terserang penyakit seperti; asma, kista, sakit kepala, darah tinggi, insomnia, bahkan serangan jantung.

Menurut ketua tim peneliti, Kathleen Lawler, kesimpulan ini didapat setelah meneliti 107 mahasiswa menggunakan teknologi canggih pencitraan otak seperti temografi emisi position dan resonansi magnetic fungsional. Dan dari penelitian ini berhasil diungkapkan perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dan yang tidak bisa memaafkan.

Demikian pula ada ketidaksamaan aktivitas hormon dan keadaan darah si pemaaf dibandingkan si pendendam atau si pemarah. Pola hormon dan komposisi zat kimia dalam darah si pendendam bersesuaian dengan pola hormon emosi negatif yang terkait dengan keadaan stres. Sikap tidak memaafkan cenderung mempengaruhi tingkat kekentalan darah yang lebih tinggi.

Lebaran tahun ini sudahkah Anda membuka hati untuk saling memaafkan?

Tidak ada komentar: