Sabtu, 01 Agustus 2009

Peminat D3 Terus Meningkat

PROGRAM strata 1 (S-1) bukan satu-satunya pilihan calon mahasiswa.Nyatanya,program diploma 3 (D-3) selalu dibanjiri peminat pada setiap tahun.Ambil contoh di Universitas Trisakti. Program D-3 Jurusan Akuntansi mendapat peringkat teratas sebagai program studi yang banyak diminati calon mahasiswa, dan terus mengalami jumlah peningkatan peminat setiap tahunnya. Ada lima program studi yang dimiliki universitas yang terletak di bilangan Grogol, Jakarta Barat, ini, yaitu Akuntansi Perpajakan, Pengelolaan Fasilitas dan Perawatan Bangunan Gedung, Desain Komunikasi Visual dan Teknologi Informasi.

Diminatinya program studi Akuntansi, menurut Ketua Program D-3 Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Trisakti Dra Susi Dwimulyani AkMM karena program ini adalah program D-3 pertama yang dibuka Universitas Trisakti pada tahun 1991, dan telah terbukti berhasil mencetak lulusan yang kompeten. Di samping itu, Susi menuturkan, pada dasarnya profesi akuntan, terutama untuk perpajakan, masih akan laris manis. Gejalanya bisa dilihat mulai dari sekarang, yaitu kebijakan negara menggenjot pendapatan dari pajak. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menyebut, Indonesia masih membutuhkan sekitar 18.000 tenaga perpajakan.

”Karenanya, tidak heran program yang kami tawarkan terus mendapat sambutan positif dari masyarakat,” ujar Susi. Lebih lanjut Susi mengatakan, calon mahasiswa yang mendaftar untuk program Akuntansi Perpajakan hingga saat ini jumlahnya mencapai 285 orang. Fakultas masih membuka pendaftaran untuk gelombang keempat. Sementara kuota yang tersedia tak kurang dari 175 kursi untuk tahun ajaran 2009/2010. Euforia yang sama juga terjadi di Bina Sarana Informatika (BSI).

Lembaga pendidikan yang hanya memfokuskan diri pada program diploma ini kian dibanjiri calon mahasiswa yang tertarik menuntut ilmu di sini. Lembaga yang berdiri sejak 1988 itu mempunyai enam akademi dengan 14 jurusan. Menurut Ir Naba Aji Notoseputro, Direktur BSI,dari enam akademi yang ada,Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) serta Akademi Komunikasi (AKOM) menjadi dua program D-3 yang paling diminati. ”Sejak sekitar empat tahun lalu, dua program itu yang paling diminati. Rata-rata setiap tahun ada 5.000 mahasiswa baru dari total sekitar 7.000 mahasiswa BSI.

Sebanyak kira-kira 3.000 orang di AMIK dan 2.000 orang di AKOM,” sebut Naba. Untuk AMIK,BSI membaginya menjadi tiga jurusan, yaitu Informatika, Komputer Akuntansi, dan Teknik Komputer. Sementara untuk AKOM, juga dibagi lagi menjadi tiga jurusan, yakni Public Relations, Broadcasting, dan Advertising. Naba mengungkapkan, pertumbuhan mahasiswa pada dua akademi itu relatif stabil. ”Kalau ada pergerakan naik turun,palingpaling berkisar pada angka 15%.

Tidak banyak bergeser dari besaran itu,” kata Naba yang menyelesaikan S-1 di Jurusan Pengembangan Wilayah Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Naba menilai, kedua program itu menjadi program yang paling diminati, tidak lepas dari perkembangan zaman.

Menurut dia,zaman modern sekarang, teknologi yang berbasis teknologi informasi (TI) menjadi dasar semua bidang.Tak ayal, teknologi informasi terus mengalami perkembangan untuk memenuhi kebutuhan zaman. ”Dari semua teknologi, teknologi informasi ini terus berkembang. Perkembangan inilah yang membuat bidang ini banyak sekali peminatnya. Selain itu, makin banyak bidang yang mendasarkan operasinya pada teknologi ini.Jadi, pasarnya memang besar,” sebutnya.

Demikian pula dengan AKOM. Tingginya peminat di akademi ini tak lepas dari berkembangnya pasar untuk bidang komunikasi. ”Bidang ini adalah industri kreatif.Industri ini juga terus berkembang, makanya kebutuhan akan tenagatenaga ahli akan terus ada,” tuturnya. Naba berpendapat, dalam dunia pendidikan, hukum ekonomi berlaku.Bidang-bidang yang membutuhkan banyak ahli akan berdampak pada menjamurnya program pendidikan yang berkaitan dengan bidang yang sedang membutuhkan banyak ahli itu. Demikian pula sebaliknya, program itu akan menyusut jika permintaan terhadap ahli pun menurun. Variasi program studi yang ditawarkan perguruan tinggi swasta ini, tentunya didukung kualitas yang menunjang. Seperti Program Akuntansi Perpajakan Universitas Trisakti.

Tidak seperti program studi yang ada di universitas lain, bidang ilmu yang ditawarkan di sini tidak hanya terbatas pada ilmu perpajakan semata.Namun, dipadukan dengan Ilmu Akuntansi. ”Sehingga nantinya lulusan mempunyai lapangan pekerjaan yang lebih spesifik,” ujar Susi. Dengan demikian, dalam satu program mahasiswa mendapatkan dua ilmu sekaligus.

Apalagi yang menawarkan program ini jumlahnya masih sedikit di universitas negeri maupun swasta. Demi menjaga kualitas penyelenggaraan pendidikan, program ini juga menjalin kerja sama dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Jajaran staf pengajar kebanyakan diisi pegawai DJP yang merupakan praktisi ilmu perpajakan. Dan seluruh dosen tetap di jurusan ini telah bergelar S-2 ataupun S-3. Sementara di BSI untuk menjaga kualitas lulusannya, direktur BSI Ir Naba Aji Notoseputro menerangkan, beberapa hal sudah dilakukan. Pertama adalah dengan merekrut dosen yang bagus,terutama berlatar belakang praktisi. Hal ini sejalan dengan core penyelenggaraan pendidikan di D-3 yang mengarah pada kegiatan aplikasi ilmu. Menurut Naba, pengajar yang merupakan praktisi adalah ujung tombak bagi penyelenggaraan pendidikan di D-3.

Hal ini berpengaruh pada kemampuan skills yang nantinya harus dimiliki mahasiswa. Sebab, untuk membimbing sebuah praktikum dengan baik, harus dilakukan orang yang memang punya kemampuan secara riil di lapangan atas bidang yang ditangani. Praktikum akan berjalan kurang baik, terutama dari segi transfer pengetahuan, jika dibimbing seseorang yang hanya punya kemampuan secara teoritis. Untuk meminimalisasi hal itu, BSI menempuh beberapa cara.

BSI sering meminta umpan balik dari dunia industri atau kerja.Umpan balik itu bisa berasal dari perusahaan di mana para mahasiswa magang, atau dari para praktisi yang jadi dosen tamu. Umpan balik dari perusahaan ini sering kali dipakai sebagai acuan untuk modifikasi materi kuliah yang diberikan atau modifikasi praktikum agar lulusan tidak punya jarak yang cukup jauh dengan standar yang diminta oleh dunia kerja. ”Ukuran yang dipakai itu seharusnya keterampilan apa yang sedang dibutuhkan dunia kerja.

Itulah yang kita berikan kepada mahasiswa D-3. Jadi, apa yang diberikan tidak mengada-ada,tetapi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,”tutur Naba. Selain itu, ada model umpan balik dari mahasiswa tentang kinerja dosen. Baik dalam penguasaan materi atau cara mengejar.

Tidak ada komentar: