Jumat, 21 Agustus 2009

Mega dan PDIP Secara Resmi Beri Selamat SBY-Boediono

Sinyal bakal merapatnya PDIP ke SBY semakin nyata. Tadi malam, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Hadi Utomo dan Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) di DPR Syarief Hasan mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Dua tokoh elite partai yang dibentuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tiba pukul 19.30. Keduanya mengendarai Toyota Land Cruiser B 2654 JT. Mereka disambut Sekjen DPP PDIP Pramono Anung dan Ketua Fraksi PDIP di DPR Tjahjo Kumolo.

Para politikus papan atas di partai masing-masing itu mengadakan pertemuan tertutup selama 1,5 jam. Selain Megawati, hadir Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP Taufiq Kiemas. Ada pula Puan Maharani dan Ketua DPD DKI Adang Ruchiatna. Setelah pertemuan, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung menjelaskan, dalam tatap muka tersebut, Mega dan PDIP secara resmi mengucapkan selamat atas kemenangan SBY-Boediono dalam pilpres. ''Pak Taufiq (Taufiq Kiemas, Red) atas nama keluarga tadi yang menyampaikan,'' katanya.

Meski begitu, dia menegaskan bahwa sama sekali tidak ada pembicaraan mengenai koalisi. ''Itu bukan kewenangan Ketum Demokrat,'' ujar Pram, panggilan akrab Pramono. Selasa (18/8), cawapres Mega, Prabowo Subianto, dan Partai Gerindra juga mengucapkan selamat kepada SBY-Boediono. Bahkan, Prabowo mengirimkan surat resmi kepada SBY. Langkah itu diperlukan untuk membangun politik yang lebih santun. Meski demikian, Prabowo menyebut sikapnya itu bukan bukti sedang merapat ke SBY.

Pram menuturkan, materi pembicaraan dalam pertemuan lebih banyak mengenai tugas di legislatif, baik di DPR maupun MPR. Dia mengaku, persoalan bursa calon ketua MPR juga ikut dibahas. PDIP telah mengusung Kiemas sebagai kandidat ketua MPR. ''Tentunya sebagai parpol yang sebentar lagi menyiapkan diri masuk ke DPR dan MPR, pembicaraan itu ada. Tapi, kami sepakat tidak menjadi polemik dulu. Perlu disiapkan lebih baik,'' bebernya. Yang jelas, lanjut Pram, dalam pemilihan ketua MPR kelak tidak perlu sampai terjadi voting.

Sementara itu, Hadi Utomo juga membantah pertemuan tersebut membicarakan koalisi dan sharing power untuk kursi cabinet. Hadi membenarkan, keluarga besar PDIP dalam pertemuan tersebut menyampaikan ucapan selamat kepada SBY-Boediono. ''Tentu itu akan dilaporkan kepada ketua dewan pembina (Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Red),'' katanya.

Dia menambahkan, kebersamaan antarparpol, terutama Demokrat dan PDIP, sangat diperlukan. Tak terkecuali di parlemen. Meski begitu, tidak berarti fungsi kontrol hilang sama sekali. ''Kalau ada fungsi kontrol, silakan, sangat bagus. Kalau hanya sendiri tidak ada yang mengontrol, tentu kurang bagus. Mekanisme itu perlu dihidupkan dan ditumbuhkembangkan,'' tegasnya. Beberapa kali Kiemas menyampaikan bahwa PDIP bisa saja berkoalisi dengan SBY, namun tetap kritis di parlemen terhadap kebijakan yang tidak prorakyat.

Ditanya soal dukungan Partai Demokrat terhadap usul PDIP soal Kiemas menjadi ketua MPR, Hadi menjawab diplomatis. ''Belanda masih jauh. Anggota DPR baru dilantik 1 Oktober. Kalau ketua DPR, jelas dari Demokrat. Untuk ketua MPR, masih ada voting,'' katanya. ''Yang jelas, akan ada pembicaraan lebih jauh,'' ujarnya.

Sumber : Jawa Pos

Tidak ada komentar: