Rabu, 29 Juli 2009

PT Freeport Bisa Disusupi Separatis

PT Freeport Indonesia bisa disusupi kelompok separatis bersenjata. Saat ini dua karyawan perusahaan itu telah tertangkap karena diduga terkait berbagai penyerangan di Tembagapura,Papua. Pengamat Intelejen Suripto membenarkan kemungkinan penyusupan tersebut.Apalagi, kelompok separatis bersenjata yang berada di Papua memang tidak suka dengan keberadaan PT Freeport Indonesia di wilayahnya. ”Kalau memang bisa disusupi, itu menandakan organisasi mereka (kelompok separatis) sudah ada kemajuan,” katanya saat di hubungi Harian Seputar Indonesia kemarin.

Suripto yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR menjelaskan, dengan adanya orang dalam yang membantu memberikan informasi terkait dengan berbagai penyerangan di wilayah dekat area PT Freeport, menandakan adanya kelemahan pengamanan internal PT Freeport Indonesia. Karena, PT Freeport diketahui juga memiliki intelijen internal yang bekerja mengawasi seluruh karyawan yang bekerja dan akan bekerja di perusahaan pertambangan asal Amerika Serikat tersebut. Seperti diketahui, dua orang karyawan PT Freeport Indonesia diduga terlibat dalam penyerangan bersenjata di Tembagapura, Papua,beberapa waktu lalu.

Kedua karyawan tersebut adalah, DB dan AY,keduanya diduga sebagai pemberi informasi kepada kelompok bersenjata yang melakukan penyerangan. Selain menahan kedua karyawan PT Freeport Indonesia, polisi juga menahan lima orang lainnya.Mereka adalah,TB,EB,SB, dan YB, sedangkan EK menjadi tersangka karena menyimpan ratusan amunisi dan dikenakan Undang-Undang Darurat.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna mengatakan, sampai kemarin polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku utama penyerangan tersebut. Menurutnya, dari tujuh orang yang ditahan, bukanlah pelaku utama.”Kasusnya sedang kita kembangkan, dan sekarang kita sedang kejar pelaku utamanya,” jelas Nanan di Mabes Polri kemarin.

Mengenai penarikan pasukan dari Papua, Nanan membantah. Menurut dia, belum ada perintah untuk penarikan pasukan dari Papua. Pasukan Brimob yang ditugaskan sejak sebelum pemilu tersebut ditempatkan di Papua hingga kondisi benar-benar kondusif. Selain itu,pihaknya juga menunggu perintah dari pimpinan Polri untuk segera melakukan operasi khusus.

”Tidak ada penarikan pasukan, mereka di sana hingga kondisi kondusif,”tegasnya. Seperti diketahui, insiden penembakan oleh kelompok bersenjata terjadi di kawasan perusahaan pertambangan PT Freeport Indonesia, Tembagapura, Papua, pada 11 Juli. Serangan tersebut terjadi sekitar pukul 5.20 WIT.

Akibat penyerangan itu, seorang warga Australia, Drew Nicholas Grant, tewas karena terkena tembakan di lehernya. Selanjutnya,pada 12 Juli,atau sehari setelah penyerangan pertama, Polri mengirimkan tim untuk melakukan olah TKP di Mile 52 Tembagapura, Papua.

Tim yang terdiri dari pasukan Brimob dan Densus 88 Antiteror itu kembali diserang saat tiba di Mile 51 sekitar pukul 10.45 WIT, pasukan tersebut diserang kelompok tak dikenal dari arah kanan dan kiri jalan dengan senjata api. Kontak senjata itu melukai dua anggota Densus 88. Iptu Adam Heri Gunawan terkena luka tembak di paha kiri dan AKP Anggun terkena serpihan pada jari tangan dan langsungdievakuasike RS Tembagapura.

Di hari yang sama,penyerangan juga terjadi di lokasi yang sama.Dalam penyerangan tersebut seorang petugas keamanan Freeport, Markus Ratteal tewas. Sedangkan pada 13 Juli,seorang anggota Provost Satuan Tugas Amole Polda Papua, Bripda Marson Freddy Patiteikoni juga ditemukan tewas di jurang.

Dari serangkaian insiden tersebut, Mabes Polri telah mengirimkan dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob,Kelapa Dua, untuk membantu mengamankan situasi di lokasi tersebut. Selain itu, Mabes Polri juga mengirimkan tim khusus yang terdiri dari Crisis Respon Team (CRT),Densus 88 Antiteror,Samapta Polri,Intelkam,dan Labfor Polri.Tim tersebut diharapkan mampu mengembalikan situasi aman di Papua.

Tidak ada komentar: