Jumat, 10 Juli 2009

Pemerintah Ancam BlackBerry, Operator Resah

Operator penyedia layanan BlackBerry lagi pusing. Maklum, sikap pemerintah yang bersikukuh membekukan sertifikasi produk BlackBerry tentu bakal mengganggu rencana bisnis mereka. Pembekuan itu membuat operator tidak bisa menjual ponsel pintar tersebut. Handono Warih, Manajer Umum Pemasaran Excelcomindo Pratama, salah satu operator layanan BlackBerry, mengungkapkan, penghentian sertifikasi akan memengaruhi rencana bisnis XL. "BlackBerry seri terbaru yang kami pesan Juni lalu, bisa tertunda peluncurannya di Indonesia," keluhnya.

Namun, Handono enggan menyebutkan potensi kerugian perusahaannya. Menurut Handono, saat ini Excelcomindo harus kembali menyusun rencana bisnisnya. Padahal, pembekuan sertifikasi BlackBerry hampir pasti terjadi. Research In Motion (RIM), produsen BlackBerry, memastikan susah untuk membuka kantor layanan purna jual pada 16 Juli 2009 seperti tenggat waktu yang diputuskan pemerintah. RIM baru bisa membuka kantor layanan itu pada 26 Agustus nanti.

Keputusan itu juga otomatis membuat operator tidak bisa menerima barang baru. Pasalnya, pesanan operator yang masih di kapal tidak akan mendapat sertifikat. Biasanya, operator setiap bulan memesan sejumlah handset BlackBerry untuk memenuhi stok. Dari proses pemesanan, pengapalan hingga sampai ke tangan pemesan, butuh waktu 60 hari-90 hari. "Saat ini ada puluhan ribu handset BlackBerry yang sudah kami pesan dan dalam proses pengiriman dan perizinan," imbuh Handono.

Namun, operator mengaku tidak bisa berbuat banyak. "Bagaimana pun juga RIM sudah dinilai melanggar. Hak pemerintah untuk menegakkan aturan itu," tutur Grup Head Brand Marketing Indosat Teguh Prasetya Mukti. Para operator mengaku, saat ini stok BlackBerry yang ada, diprediksi hanya cukup untuk kebutuhan penjualan dua bulan ke depan.

Sumber : Kompas Online

Tidak ada komentar: