Minggu, 14 Juni 2009

Ahmadinejad Kembali Memimpin Iran

TEHERAN(SI) – Mahmoud Ahmadinejad terpilih kembali sebagai presiden Iran untuk masa jabatan kedua setelah dia memenangi pemilu kemarin.

Kementerian Dalam Negeri Iran mengumumkan Ahmadinejad menang dengan keunggulan telak. Dia meraih 62,6% suara atau 24,5 juta suara. Posisi kedua diduduki mantan perdana menteri (PM) Iran Mir Hossein Mousavi yang mendapatkan 34% suara atau 13,2 juta suara. Urutan ketiga diraih mantan komandan Garda Revolusi Mohsen Rezai dengan 678.240 suara atau 1,73% suara.

Posisi keempat ditempati mantan ketua parlemen Iran dari kubu reformis, Mehdi Karroubi, dengan 333.635 suara atau 0,85% suara. Kemenangan Ahmadinejad ini sangat kuat legitimasinya karena partisipasi pemilu mencapai 85% dari total jumlah pemilik hak suara. Menteri Dalam Negeri Iran Sadeq Mahsouli menyatakan ada 39,1 juta orang yang mengikuti pemilu. Kemenangan mutlak Ahmadinejad dalam pemilu mendorong lebih dari 2.000 orang pendukung lawan utamanya, Mir Hossein Mousavi, berunjuk rasa kemarin. Demonstrasi berubah menjadi bentrok saat polisi berupaya membubarkan para pengunjuk rasa. Saksi mata melaporkan,polisi menggunakan tongkat untuk memukul pendukung Mousavi yang kian beringas.

Beberapa pengunjuk rasa ditahan saat bentrok terjadi. “Polisi menyerang demonstran dengan tongkat dan sedikitnya tiga orang terluka. Kami rakyat Iran juga,Mousavi presiden kami,” teriak para pengunjuk rasa. Mousavi yang awalnya mengklaim sebagai pemenang pemilu tampak tidak dapat menyembunyikan kekecewaan. Dia memperingatkan terjadinya berbagai kecurangan selama pemilu tersebut.

“Saya memprotes terjadinya banyak kecurangan yang mencolok dalam pemilu,”paparnya. “Saya peringatkan, saya tidak akan menyerah dalam permainan berbahaya ini. Hasil pemilu yang ditunjukkan beberapa pejabat akan merusak pilar Republik Islam dan akan menciptakan tirani,” ancam Mousavi. Mousavi awalnya hendak menggelar konferensi pers, tapi polisi di kantornya mengusir para wartawan dan mengatakan bahwa konferensi pers dibatalkan.

Mantan PM Iran itu menuduh pemerintah menghalangi kampanye pesan pendek (SMS) yang dikirimkannya untuk para pemuda dan pemilih di pedesaan. Mousavi juga menuduh banyak warga tidak dapat memberikan suaranya dan jumlah surat suara kurang banyak dibandingkan jumlah pemilih. Di jantung Kota Teheran, pendukung Mousavi yang marah tidak percaya dengan hasil pemilu kali ini. Mereka melempari polisi dengan batu dan polisi balas memukuli demonstran dengan tongkat.

Sebaliknya,pendukung Ahmadinejad tumpah ruah di jalanan untuk merayakan kemenangan jagoan mereka. Mereka membunyikan terompet dan menggerakkan bendera-bendera Iran. “Saya senang kandidat saya menang. Dia membantu rakyat miskin dan dia menangkap para pencuri (koruptor),” ujar pedagang roti bernama Kamra Mohammadi,22. Pemilu kali ini kian memperluas perpecahan di Iran.Warga pedesaan Iran merupakan pendukung utama Ahmadinejad,sedangkan para pemuda di perkotaan besar menjadi pendukung Mousavi.

Garda Revolusi memperingatkan terjadinya “revolusi beludru” oleh para pendukung Mousavi yang pernah menjadi PM Iran saat perang melawan Irak pada 1980-an itu. Kemenangan Ahmadinejad itu disambut pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. “Presiden yang terpilih dan terhormat ialah presiden seluruh rakyat Iran. Karena itu para lawannya harus memberikan dukungan dan membantunya,” sarannya. “Para pendukung kandidat terpilih dan kandidat yang lain harus menghindari aksi provokasi baik dalam perilaku maupun pernyataan,” papar Khamenei.

Israel Turut Kecewa

Israel,musuh bebuyutan Iran, turut kecewa dengan hasil pemilu tersebut. “Hasil pemilu ini lebih dari sebelumnya menunjukkan seberapa kuat ancaman Iran sekarang,” papar Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon. “Dengan hasil pemilu ini komunitas internasional harus menghentikan nuklir Iran dan teror Teheran,”kata Ayalon. Iran merupakan seteru Barat di bawah kepemimpinan Ahmadinejad.

Dia berulang kali menegaskan akan menghapus Israel dari peta dunia, menganggap Holocaust sebagai mitos dan bertekad terus menjalankan program nuklir yang dicurigai Barat digunakan untuk membuat bom atom. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyatakan tetap melihat adanya “kemungkinan perubahan” dalam hubungan dengan Iran, negara berpenduduk Syiah terbesar di kawasan itu.

“Siapa pun yang menang dalam pemilu di Iran, faktanya, di sana telah terjadi perdebatan positif yang diharapkan dapat membantu kemampuan kita untuk mendekat dengan berbagai cara,” papar Obama. Para ekspatriat Iran di AS,yang umumnya menentang rezim Teheran, mengecam hasil pemilu tersebut. Mereka menganggap hasil pemilu itu “memalukan”. Mantan Presiden AS Jimmy Carter bersikap dingin.“Saya tidak berpikir akan terjadi perubahan nyata karena presiden yang sama di sana.Jadi di sana tidak akan terjadi perubahan apa pun.

Saya pikir pemilu ini menciptakan banyak oposisi atas kebijakannya di Iran dan saya yakin dia (Ahmadinejad) akan mendengarkan oposisi dan mungkin dia akan mengubah beberapa sikapnya,”harap Carter. Sejumlah pengamat menyatakan, jika pun Mousavi menang dalam pemilu, dia tetap diragukan dapat mengubah kebijakan utama terkait masalah luar negeri dan program nuklir Iran. Ini karena keputusan mengenai masalah besar tersebut tergantung pada Khamenei.

Itu berarti pemilu tetap tidak menunjukkan perubahan berarti setelah 30 tahun pemerintahan ulama di negeri yang 60% populasinya lahir setelah Revolusi Islam Iran ini. (AFP/Rtr/syarifudin)

Tidak ada komentar: